CLOSE
Rilis Neraca Perdagangan Memuaskan, Bagaimana Pasar Hari Ini?
Indeks pada perdagangan kemarin ditutup menguat pada level 6616. Ditransaksikan dengan volume yang cukup ramai jika dibandingkan dengan rata-rata volume 5 hari perdagangan. Indeks dibebani oleh sektor Energy (-2.035%), Infrastructures (-1.135%), Consumer Non-Cyclical (-1.097%), Industrials (-1.06%), Properties & Real Estate (-0.628%), Basic Materials (-0.424%), Transportation & Logistic (-0.294%), Financials (-0.204%), dan di topang oleh Healthcare (0.165%), Consumer Cyclicals (0.357%), Technology (0.58%) yang mengalami penguatan walaupun belum signifikan. Indeks pada hari ini diperkirakan akan bergerak pada range level support 6580 dan level resistance 6650 Kabar baik datang dari dalam dan luar negeri awal pekan kemarin, tetapi pergerakan pasar finansial Indonesia bervariasi. IHSG melanjutkan koreksi Jumat pekan lalu. IHSG sepertinya dilanda aksi profit taking, melihat posisinya yang berada di dekat rekor tertinggi sepanjang masa. Indikasinya semakin kuat jika melihat kabar baik dari dalam negeri. Pada perdagangan hari ini, beberapa faktor akan mempengaruhi pergerakan pasar finansial dalam negeri, mulai dari pertemuan Joe Biden-Xi Jinping, hingga mutasi virus corona yang menjadi ancaman bagi perekonomian, Rilis BPS kemarin, Stagflasi di cina dll. Sentimen Pertama, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor Indonesia pada Oktober 2021 mencapai US$ 22,03 miliar, naik 53,35% secara year-on-year (YoY) dan 6,89% dibandingkan bulan sebelumnya. Realisasi ini juga membawa ekspor Indonesia kembali menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah. Sementara impor dilaporkan mencapai US$ 16,29 miliar, naik 51,06% YoY. Dengan nilai ekspor dan impor tersebut, surplus neraca perdagangan Indonesia pada bulan Oktober sebesar US$ 5,74 miliar. Surplus tersebut menjadi rekor tertinggi sepanjang masa, melampaui rekor sebelumnya US$ 4,74 miliar yang tercatat pada Agustus lalu. Selain mencatat rekor, neraca perdagangan Indonesia sudah mengalami surplus dalam 18 bulan beruntun. Sentimen Kedua, rupiah mampu mencatat penguatan 0,16% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.210/US$, bahkan sebelumnya sempat menembus ke bawah Rp 14.200/US$. Pasar obligasi Indonesia juga mengalami penguatan, tercermin dari penurunan imbal hasil (yield). Pergerakan harga obligasi berbanding terbalik dengan yield, ketika harga naik (yang artinya mengalami penguatan), yield akan menurun, begitu juga sebaliknya. Dari semua tenor Surat Berharga Negara (SBN), hanya SBN tenor 25 tahun yang imbal hasilnya mengalami kenaikan. Sentimen Ketiga, Dari China juga membuat pasar finansial global sedikit lega. Tingginya inflasi di sektor produsen (producer price index/PPI) yang mencapai 13,5% YoY di bulan Oktober memicu kecemasan terjadinya stagflasi di China. PPI di bulan Oktober tersebut menjadi yang tertinggi dalam lebih dari 26 tahun terakhir. Stagflasi merupakan stagnannya pertumbuhan ekonomi dibarengi dengan tingginya inflasi. Kecemasan akan terjadinya stagflasi sedikit mereda setelah Biro Statistik China kemarin melaporkan penjualan ritel tumbuh 4,9% YoY, lebih tinggi dari hasil polling Reuters yang memprediksi kenaikan sebesar 3,5% YoY. Produksi Industri juga dilaporkan naik 3,5% YoY, lebih tinggi dari prediksi 3% YoY. Investor saat ini sedang mencermati Rilis PPI di US dan Rilis BI7DRRR, oleh karena itu, kami ekspektasikan pasar akan bergerak konsolidasi dengan kecenderungan sideways pekan ini.
PT. Erdikha Elit Sekuritas | Member of Indonesia Stock Exchange
Gedung Sucaco lt.3 Jalan Kebon Sirih kav.71
Jakarta Pusat 10340, Indonesia
Website : www.erdikha.com